Minggu, 19 Mei 2019 di sore harinya motor ku meluncur ke
Bandara Intetnasional Minangkabau dengan kecepatan 50km/jam. Ku duduk santai
dibelakang adik ku yg sedang mengendara motor. Di tengah perjalanan gerimis
mulai turun, namun itu tidak membuat kami berhenti, hingga saya berhenti di
sebuah rumah makan di lubuk buaya, saya membeli nasi sebagai bekal berbuka
puasa nanti di bandara. Setiba di bandara pukul 17:30. Adik ku pulang dan aku
menunggu di gerbang keberangkatan. Oh ya, aku belum memeberi tahu aku mau berangkat
kemana. Aku dapat tugas dari kantor ku untuk berkunjung ke suatu lembaga LSM di
Flores Timur yaitu YPPS. Aku tidak berangkat sendiri, kali ini aku ditemani
oleh seorang pengusaha krispi kase, yaitu Buk Neti yg berasal dari Agam. Rute
keberangkatan kami yaitu Padang - Palembang - Jakarta - Kupang - Larantuka. Ya, memang terlalu banyak transit dan membuat
kami kelelahan check in di setiap bandara, apa lagi lama transit nya hanya
sekitar 2 jam. Malam nya kami tiba di Palembang, dan menginap di Hotel Sandjaja,
ya suasana hotel yang sedikit horor, karna desain bangunannya yang model lama,
bau rumah yang sudah lama tidak lama dihuni dan ditambah lagi sangat sepi, di
lantai 3 hanya kami yang tidur di salah satu kamar nya, Alhamdulillah malam itu
tidak terjadi apa-apa.
Besok pagi jam 4 kami berangkat ke bandara, tapi kami tidak langsung menuju bandara, kami
minta di antar dulu sama supirnya pergi ke jembatan ampera, belum ke Palembang
namanya kalau tidak ke Jembatan Ampera dan makan pempek, tapi kami hanya bisa
berfoto di Jembatan Ampera saja.
Setelah transit di jakarta, kami tiba di Bandara Eltari, Kupang
jam 2 siang. Namun saat kami landing , pesawat yang kami tumpangi akan sama-sama
mendarat dengat pesawat presiden RI. Jadi kami membiarkan pesawat presiden
landing terlebih dahulu, sembari menunggu pesawat kami berputar-putar selama 40
menit di atas kota Kupang. Waktu mendarat datang, dan ya saya melihat pesawat
presiden telah mendarat, pesawat yang sangat bagus dan mewah, dan membuat semua
orang ingin berfoto d dekatnya, dan saat itu juga saya menjadi fotografer,
orang yang bahkan tidak saya kenal meminta tolong untuk diambilkan fotonya,
bukan hanya 1 atau 2, bahkan sampai 5 orang.
Ketika memasuki bandara, saya merasakan hawa yang berbeda, cuaca yang
panas dan ditambah bau udara yang kurang sedap. Saya tidak tau kenapa. Setelah
beberapa jam duduk di ruang tunggu. Saya bersiap-siap menunggu pesawat ke Larantuka.
Larantuka adalah sebuah pulau di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Kabupaten Flores
Timur. Dulu saya bermimpi ingin melihat daerah di iimur Indonesia, dan akhirya
salah satu impian saya terwujud. Pesawat ke Larantuka tidak sama dengan pesawat
umumnya. Pesawat yang berangkat kesana lebih kecil ukurannya dari pesawat
lainnya. Ini disebebkan karena Larantuka masih menjadi daerah yang tidak
terlalu banyak dikunjungi. Namun Larantuka adalah kota yang indah dengan pantai
nya yang masih alami dan bersih serta budaya lokal yang masih terlihat.
Saya tiba di Larantuka sekitar pukul 4 dan saya dijemput
oleh supir yang telah di sediakan oleh YPPS. Saya langsung dibawa menuju ke
YPPS untuk memastikan penginapan kami, yaitu dengan buk Neti. Di Larantuka waktu berbuka lebih cepat 1 jam
dari waktu di Padang. Setiba di penginapan saya langsung berbuka puasa, hanya
dengan segelas air putih, setelah sholat kami mencari makanan tujuan kami yaitu
rumah makan Padang. Dan kami menemui rumah makan Padang disana. Karna sudah
malam, jadi lauk nya sudah habis. Kami memesan sup sapi dengan nasi. Setelah
nasi datang, saya mencoba sesuap saja. Karna belum terbiasa dengan nasi yang
lengket dan berbau, saya tidak jadi makan, hanya sesuap saja, dan saya
lanjutkan dengan memakan sup sapi. Untuk harga makanan disana termasuk mahal,
nasi dan sup sapi seharga 30 ribu per porsi.
Pada malam haru saya mempersiapkan materi yang akan saya
sampaikan di YPPS yaitu dengan tema UMKM
TANGGUH BENCANA. Acara kami mulai sekitar pukul 10:00 WIT. Disaat jam istirahat
kami sholat di YPPS sedangkan mereka
makan siang, karena mereka beragama katolik dan tidak puasa. Mereka sangat
menghormati kami yang berpuasa. Sampai berpuluh-puluh kali meminta maaf kalau
mereka makan didepan kami. Toleransi yang sangat indah yang saya temui disana.
Setelah acara selesai saya kembali ke penginapan. Dan
membeli makanan di rumah makan nasi padang untuk berbuka puasa. Untungnya kami
menemukan rumah makan yang sangat sesuai dengan lidah orang padang. Saya makan
dengan lahap. Karna seharian kemaren tidak makan nasi. Sahur pun hanya sepotong
roti dan air mineral.
Untuk acara hari kedua, adalah yang sangat saya tunggu-tunggu.
Pasalnya kami akan menaiki kapal menuju desa Kimakamak. .saat yang saya
nantikan tiba. Kami berkumpul di pelabuhan Larantuka pagi itu jam 8 pagi.
Setengah jam perjalanan saya tidak bisa duduk saja, saya keluar
dari menuju pinggir kapal dan melihat pemandangan sekitar, saya sangat senang
karena itu adalah pertama kalinya saya menaiki kapal. dan tidak lupa saya
mengabadikannya dengan telpon genggam milik saya. 1 jam kemudian saya sampai di
kantor desa Kimakamak.
Akhirnya acara pun dimulai. Saya duduk dikursi narasumber.
Dan pertama kali saya mengenalkan diri. Siapa saya, kenapa saya kesini dan apa
yang akan saya lakukan disini. Sepanjang saya berbicara, bapak-bapak dan mama-mama
mendengarkan saya dengan fokus. Mereka menghormati orang yang berbicara didepan
mereka. Bukan menggurui mereka tetapi berbagi pengalaman tentang Bencara di
daerah Padang. Dan terkhususnya di Tiku, Kabupaten Agam. Selama acara, ada
sesuatu yang menarik, ada anjing yang dengan santainya memasuki lokasi acara
kami, dan anjing itu menuju kebawah meja saya. Dan langsung saja bapak yang
duduk disamping saya mengusir anjing itu karna melihat mimik wajah saya yang
ketakutan dengan anjing. Setelah acara, mereka makan siang, kami hanya menunggu
saja karena kami sedang berpuasa. Salah satu hal menarik bagi saya yaitu,
penampilan mereka yang datang rapat ke kantor desa. Sangat jauh berbeda dengan
di Sumatera Barat. Jika orang Sumatera Barat akan memakai pakaian terbagus
miliknya untuk menghadiri acara rapat disana. Namun berbeda dengan masyarakat
desan disana. Mereka datang menggunakan pakaian seharihari yang sering mereka
pakai. Dan ini menujukkan mereka tampil apa adanya, dan percaya diri yang
tinggi.
Setelah acara selesai kami diberi kesempatan berkunjung ke
rumah bapak kades, beliau memberikan kami oleh-oleh berupa kue kering, dan
sereal sorgum. Kami menerima dengan senang hati. Hari itu merupakan ujian puasa
bagi saya, karena pada hari itu lah saya merasakan haus yang luar biasa. Cuaca
yang panas dan berbicara didepan umum. Sorenya kami kembali ke penginapan. Dua
hari setelah itu saya pulang ke Padang, sampai di Jakarta pukul 11 malam. Dan
kami tidur di musholla bandara, karena takut ketinggalan pesawat pagi. Saya
sampai di Padang pukul 9 pagi.
Ya selama 3 hari di Larantuka saya mendapatkan berbagai
pengalaman disana, banyak yang saya pelajari dari masyarakat disana, mereka
hidup dengan bencana kekeringan, sulit mendapatkan air, sedangkan di Sumatra Barat
air merupakan SDA yang melimpah. Mereka bisa bertahan hidup ditengah kegagalan
panen nya, itu tidak menyurutkan semangat mereka dalam mencapai hidup yang sejahtera.
Larantuka, semoga suatu saat kita bisa berjumpa lagi.
Comments
Post a Comment